Kamis, 27 Oktober 2011

Indonesia sumbangkan 3,1 juta USD kepada negara-negara ASEAN

Belakangan bencana alam merupakan hal yang patut menjadi sorotan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah regional . Tak heran, hal ini dikarenakan bencana yang satu ini selalu memakan banyak korban jiwa maupun harta. Belum lagi tentang beragam penyakit yang akan ditimbulkannya pasca bencana.
Kasus bencana yang sedang ramai diperbincangkan ialah kasus banjir yang melanda kawasan Asia tenggara secara serentak akhir-akhir ini. Memang, selain berada di Ring of Fire yang rawan gempa, Kawasan Asean juga berada di belahan bumi beriklim tropis yang curah hujannya sangat tinggi sehingga sangat berpotensi untuk menyebabkan bencana banjir. Kasus banjir terdekat ialah di Jakarta, Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan sampai 4,3 triliun rupiah. Sementara itu,  Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra menilai banjir yang melanda negaranya kali ini yang terparah dalam setengah abad terakhir. Lebih dari 300 orang tewas dan sediktinya 930 pabrik berhenti beroperasi. Akibatnya, 300 ribu pekerja terpaksa diliburkan.  Cerita yang sama juga terjadi di singapura, negara yang selama ini notabene merupakan surga para pebelanja manca negara juga tergenang air banjir, Hujan deras menyebabkan banjir di Orchard Road dan perempatan Scotts Road selama sekitar satu jam sehingga tak bisa dilewati untuk lalu-lintas. Wilayah paling parah adalah Orchard Road dan Rochor. Orchard Road kini telah berubah menjadi Orchid River.
Dari data diatas, dapat kita lihat betapa mengerikannya bencana banjir ini. Banyak sekali fasilitas-fasilitas negara yang rusak, gedung-gedung sekolah terbangkalai, dan yang pasti kegiatan ekonomi di wilayah tersebut akan mati. jika keadaan yang semacam ini dibiarkan, lambat laun hal ini akan menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah. Pertumbuhan ekonominya akan terhambat, demikian pula dengan pendidikannya. Selain itu, yang lebih nyata adalah bahwa ada sangat banyak korban banjir yang membutuhkan pertolongan. Banyak dari mereka yang kekurangan pangan, dukungan moral, obat-obatan, selimut, pakaian, dan lain-lain. Coba kita bayangkan, seandainya yang duduk di bawah tenda pengungsian, menunggu termenung selama berhari-hari untuk bantuan itu adalah kita. Pastilah kita sangat berharap ada yang mengulurkan tangannya untuk kita. Maka dari itu perlu adanya bantuan yang nyata dari berbagai pihak.

Mungkin hal tersebutlah yang ingin dilakukan oleh Negara Indonesia dalam “aksi tanggap bencana”nya yang dilakukan pada tanggal 25 November kemarin. Indonesia yang diwakili oleh menteri kesejahteraan rakyat Bapak Agung laksono, memberikan sejumlah bantuan untuk 6 negara korban bencana alam di ASEAN. Di antaranya ialah Cambodia, Lao PDR, Myanmar, the Philippines, Thailand, dan Viet Nam. Tak tanggung-tanggung iktikad baik yang coba ditunjukkan oleh Indonesia tertera dalam sebuah cek senila 3,1 juta USD atau setara dengan 30 milyar rupiah. Dalam pertemuanya bersama 6 negara penerima banuan tersebut, Bapak menteri agung laksono menyatakan bahwasanya penanggulangan bencana harus ditekankan mengingat pentingnya implementasi AAD MER (Agreement on Disaster Management and Emergency Response) atau yang lebih dikenal sebagai perjanjian penanggulangan dan respon darurat bencana. Dan beliau juga mengatakan bahwa Indonesia sangat antusias menyambut operasional program penanggulangan bencana di kawasan ASEAN.

            Kembali kepada teori yang mengemukakan bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang saling membutuhkan dan saling menolong. Tindakan pemerintah Indonesia yang semacam ini sangat menunjukkan rasa peduli sosial Negara Indonesia akan bencana yang menimpa negara yang berada disekitarnya. Peduli sosial, rasa kesepenanggungan, rasa empati, dan simpati inilah yang merupakan kunci sukses dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik dalam komunitas ASEAN. Berangkat dari saling menolong antara inilah nantinya rasa saling membutuhkan diantara anggota ASEAN akan terbentuk dan secara otomatis itu berarti hubungan-hubungan antar-negara di sektor lain juga akan terjaga dengan baik.

            Dilihat dari kacamata politik, tentunya bantuan indonesia ini akan mengangkat “prestice” negara Indonesia. Dan seberapa pentingkah “prestice” itu sendiri. Dalam dunia politik kita mengenal dengan apa yang disebut political feed back, ketika kita memberikan sesuatu pada seseorang, maka sudah selazimnya orang tersebut memberikan sesuatu sebagai balas budi. Dan ini berarti ketika Indonesia mendapatkan situasi yang sama, negara-negara lain juga dengan senang hati akan membantu. Tentunya, bantuan dari negara-negara tetangga kita akan sangat meringankan beban yang ditanggung oleh negara. Dengan demikian tentu saja akan terjalin hubungan yang baik di dalam komunitas ASEAN yang notabene senasib sepenanggungan.
            Namun mari kita tengok keadaan Indonesia yang sekarang ini. Ibarat memberikan sebatang coklat kepada orang lain tanpa menyisahkan apapun untuk diri kita sendiri yang sedang kelaparan. Banyak sekali hal-hal yang harus diperbaiki di Indonesia. Tentang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Bukanlah hal yang pantas memang, memberikan sesuatu kepada orang lain yang jauh sementara saudara-saudara kita sendiri hampir mati kelaparan. 30 milyar rupiah bukanlah uang negara yang terhitung sedikit, nominal tersebut setara dengan memberi makan sepuluh ribu orang miskin selama 6 bulan, dan setara dengan menyekolahkan DELAPAN RIBU anak-anak kurang mampu selama lebih dari ENAM TAHUN , dan atau setara dengan memberi operasi katarak kepada 2800 penderita katarak di seluruh Indonesia.

            Berdasar hal tersebut pemerintah sebaiknya mempertimbangkan keseimbangan antara bantuan yang diberikan kepada negara lain dan kepada negara Indonesia sendiri.

daftar pustaka :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar